![]() |
(Suasana indah Masjid Tjia Kang Ho. Foto//Shalsabhilla Putri) |
Ditulis Oleh: Shalsabhilla Putri
Jakarta, Vertex.id - Di tengah kawasan Pekayon, Pasar Rebo, Jakarta Timur, berdiri sebuah masjid unik yang kental dengan nuansa budaya Tionghoa. Dari kejauhan, bangunannya didominasi warna merah cerah dengan ornamen khas kelenteng dan aksara Han di pintu masuk. Inilah Masjid Tjia Kang Ho, rumah ibadah yang tidak hanya berfungsi sebagai tempat salat, tetapi juga simbol toleransi dan keberagaman budaya.
Nama masjid ini diambil dari Tjia Kang Ho, seorang warga keturunan Tionghoa yang mewakafkan tanahnya untuk pembangunan masjid. Setelah memeluk Islam, ia mengganti namanya menjadi H. Abdul Soleh, namun masyarakat tetap mengenalnya dengan nama aslinya.
Abdul Soleh memiliki cita-cita untuk membangun sebuah masjid, tetapi belum sempat terwujud hingga akhir hayatnya. Niat tersebut kemudian diteruskan oleh putranya, H. Budiyanto, dan cucunya, M. Wildan Hakiki. Mereka bersama-sama mewujudkan impian itu dengan penuh dedikasi, sehingga masjid akhirnya berdiri megah pada April 2024.
![]() |
(Arsitektur indah Masjid Tjia Kang Ho. Foto://Shalsabhilla Putri) |
Berdirinya Masjid Tjia Kang Ho
Pembangunan Masjid Tjia Kang Ho dimulai pada Oktober 2022 dan selesai dalam waktu sekitar satu setengah tahun. Masjid berdiri di atas lahan seluas 793 meter persegi, dengan luas bangunan mencapai 297,5 meter persegi.
Desainnya begitu mencolok, dengan dominasi warna merah, ornamen Gigi Balang khas Betawi di lisplang, hingga detail ukiran dan simbol-simbol Tionghoa di pintu masuk. Perpaduan arsitektur Tionghoa, Islam, dan Betawi membuat masjid ini tampil unik sekaligus sarat makna. Dari luar tampak seperti kelenteng, namun di dalamnya terhampar ruang salat yang nyaman bagi umat Muslim.
Simbol Keharmonisan
Keunikan arsitektur Masjid Tjia Kang Ho tidak hanya menjadi daya tarik visual, tetapi juga simbol harmoni antarbudaya. Unsur-unsur Tionghoa, Islam, dan Betawi berpadu tanpa saling meniadakan, justru memperkaya satu sama lain.
Bagi warga sekitar, keberadaan masjid ini menjadi pengingat pentingnya nilai inklusivitas. Warna merah yang dulu identik dengan rumah ibadah Tionghoa, kini hadir di sebuah masjid sebagai bukti bahwa simbol budaya bisa melampaui sekat agama.
"Menurut saya, dengan adanya masjid ini menjadikan simbol bahwa keberagaman budaya di Indonesia bukanlah penghalang untuk bersatu. Masjid ini menjadikan simbol sila ke-3 Indonesia yang bisa kita kagumi keindahaannya." ujar Wawan Gunawan, salah satu jamaah Masjid Tjia Kang Ho.
Tak hanya Wawan, Kartini, seorang jamaah pendatang dari Cibubur, juga merasakan kenyamanan saat melaksanakan salat di masjid ini.
"Baru pertama kali ke sini. Nyaman banget, masjidnya bagus kaya lagi di negara tionghoa dan bersih, keamanannya juga terjaga," ujarnya.
Kini, Masjid Tjia Kang Ho bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga destinasi religi dan budaya yang menarik perhatian masyarakat. Banyak pengunjung yang datang untuk melihat langsung keindahan arsitekturnya, sekaligus belajar tentang nilai toleransi yang terkandung di dalamnya.
Kisah pendirian masjid ini menunjukkan bahwa kebaikan dapat diwariskan lintas generasi. Dari niat tulus seorang mualaf Tionghoa hingga usaha keras anak cucunya, lahirlah sebuah masjid yang berdiri sebagai simbol persaudaraan. Masjid Tjia Kang Ho mengajarkan kita bahwa keberagaman bukan untuk diperdebatkan, melainkan untuk dirayakan bersama.