ACAB, Simbol Kekecewaan Publik Terhadap Aparat

(Coretan di tembok yang menantangkan suara ACAB dan 1312. Foto://Wikiwand)

Ditulis oleh: Shalsabhilla Putri 

Jakarta, Vertex.id - Media sosial Indonesia ramai dengan istilah ACAB (All Cops Are Bastards) sejak tragedi di Senayan, Kamis (28/8/2025), ketika sebuah kendaraan taktis Brimob (Barracuda) menabrak dan melindas seorang pengemudi ojek online bernama Affan Kurniawan. Affan tewas seketika, dan rekaman peristiwa tersebut viral, memicu gelombang amarah publik.

Asal-usul ACAB

Istilah ACAB pertama kali muncul di Inggris pada awal abad ke-20. Slogan ini kemudian populer lewat subkultur punk dan skinhead pada 1970-an. Frasa ini tidak secara harfiah berarti setiap polisi adalah “jahat”, melainkan kritik terhadap institusi kepolisian yang dianggap sarat penyalahgunaan kekuasaan dan tindakan represif.

Selain ditulis “ACAB”, istilah ini juga sering muncul dalam bentuk “1312”. Angka itu mewakili urutan alfabet: A=1, C=3, A=1, B=2. Karena lebih samar, kode 1312 kerap dipakai dalam grafiti, tato, atau simbol perlawanan ketika tulisan ACAB dianggap terlalu frontal atau rawan kriminalisasi.

Di banyak negara, ACAB sering muncul di mural, lagu, hingga atribut fashion sebagai simbol perlawanan terhadap otoritas.

Viral Pasca Tragedi Affan

Setelah insiden Affan Kurniawan, media sosial Indonesia dibanjiri tagar #1312, #RakyatLawan, hingga #FuckThePolice. Istilah #ACAB pun ikut mencuat sebagai bentuk ekspresi kegeraman terhadap aparat.

Publik makin geram setelah beredar rekaman suara dari dalam kendaraan taktis yang diduga berisi instruksi “tabrak aja”. Potongan suara ini viral dan dianggap mempertegas anggapan bahwa aparat bertindak brutal tanpa mempertimbangkan keselamatan warga sipil.

Menurut laporan Tirto.id, mobil Barracuda yang melaju kencang menabrak massa aksi di sekitar DPR hingga menewaskan Affan. Polisi berdalih kejadian itu tidak disengaja, tetapi banyak pihak menilai ada unsur kesengajaan dan kelalaian dalam pengendalian pasukan.

Simbol Kegeraman Kolektif

Istilah ACAB yang kini membanjiri linimasa bukanlah sekadar teriakan kebencian, melainkan simbol kekecewaan massal.

  • Kritik terhadap sistem 

Masyarakat tidak hanya menyorot individu polisi, tetapi juga sistem yang memungkinkan kekerasan terjadi berulang kali.

  • Solidaritas 
Slogan ACAB menjadi perekat solidaritas bagi kelompok sipil yang menuntut keadilan.
  • Kontroversi 
Sebagian menilai ACAB terlalu ekstrem dan menyudutkan profesi polisi secara general. Namun, di sisi lain, banyak yang melihatnya sebagai wujud ekspresi sah di tengah minimnya kepercayaan terhadap aparat.


Dari Jalanan ke Budaya Populer

Fenomena ini menunjukkan bagaimana slogan lama bisa hidup kembali dalam konteks modern. ACAB yang dulu identik dengan kultur punk kini menjadi bahasa sehari-hari di media sosial, melekat pada meme, graffiti digital, hingga poster protes.

Kasus Affan Kurniawan menjadi titik balik bagi banyak orang untuk bersuara. Istilah ACAB menjadi sorotan karena ia mencerminkan luka kolektif masyarakat: bahwa perlindungan, keamanan, dan keadilan adalah hak semua warga, bukan sekadar jargon institusi.

Slogan ini boleh jadi ekstrem, tetapi pesan di baliknya jelas ada tuntutan agar aparat penegak hukum berbenah dan menempatkan rakyat sebagai pihak yang harus mereka lindungi, bukan lawan yang harus ditaklukkan.

Vertex.Id

Halo! Selamat datang di Vertex.id, blog berita yang dikelola oleh Shalsabhilla Putri, mahasiswa semester 5 Prodi Jurnalistik di Politeknik Negeri Jakarta. Di sini kamu bisa dapatkan informasi terbaru yang akurat dan terpercaya. Vertex.id hadir untuk berbagi berita seputar News, Feature, Opini, Sport, Finance, Politics, Lifestyle, Vertex Foto, hingga Art&Culture dengan bahasa yang ringan dan mudah dipahami. Stay tuned untuk update seru dari vertex.id!

1 Komentar

Lebih baru Lebih lama