Hati yang Retak, Jiwa yang Belajar Tegar

 

Belajar cara melepaskan orang yang dicintai dengan ikhlas. Patah hati bukan akhir, tapi awal kedewasaan dan cinta pada diri sendiri

(Belajar cara melepaskan orang yang dicintai dengan ikhlas. Patah hati bukan akhir, tapi awal kedewasaan dan cinta pada diri sendiri. Freepik.com)

Ditulis oleh: Shalsabhilla Putri 

Jakarta, Vertex.Id. Aku tak pernah membayangkan harus belajar cara melepaskan orang yang dicintai yang dulu kukira akan menua bersamaku. Bukan karena dia pergi meninggal, tapi karena kami memilih jalan berbeda meski cinta belum benar-benar hilang. Katanya, ini yang terbaik. Tapi siapa yang bisa mendefinisikan "terbaik" di tengah hati yang masih penuh?

Yang paling sulit dari kehilangan bukan sekadar rasa sedihnya, melainkan hampa yang datang setelah itu. Saat semua hal yang biasa kulakukan bersamanya kini harus kulakukan sendiri, aku belajar bahwa melepaskan orang yang dicintai adalah ujian terbesar hati.

Hari-hari setelahnya sunyi dengan cara yang aneh. Lagu-lagu yang dulu kami nyanyikan bersama kini terasa asing. Sudut-sudut kota yang dulu jadi tempat kencan berubah jadi kenangan yang menyesakkan. Tapi di antara semua itu, aku perlahan belajar bahwa kehilangan bukan akhir dari cinta. Kadang, itu justru awal dari mencintai diri sendiri dengan cara yang lebih dewasa.

Antara Bertahan dan Pergi

Aku tak pernah ingin menyakitinya. Tapi ada sesuatu yang terasa hilang, sesuatu yang sulit aku jelaskan, bahkan pada diriku sendiri. Kami masih bersama, masih saling mencintai, tapi ada ruang kosong yang semakin melebar di antara kami.

Seperti ada jarak tak terlihat yang membuat semuanya terasa berat. Kadang, hubungan yang tidak lagi sejalan justru memaksa kita memilih, meski hati masih ingin bertahan.

Aku tahu, jika aku memaksakan hubungan ini terus berjalan, aku justru akan menjadi sumber luka baginya. Meski dia tak pernah bilang, aku bisa merasakannya di matanya yang mulai redup. Kadang, cinta saja tidak cukup untuk menjaga dua hati tetap utuh jika arah langkah sudah berbeda.

cara melepaskan orang yang dicintai dengan ikhlas
(Melepaskan dengan ikhlas bukan akhir cinta, tapi awal kedewasaan. Freepik.com)

Berat Namun Harus Dilakukan

Melepaskannya adalah keputusan paling berat yang pernah aku ambil. Rasanya seperti mencabut sepotong jiwaku sendiri. Tapi aku percaya, kadang mencintai adalah tentang memberi ruang untuk pergi, bahkan jika itu berarti harus menanggung kehilangan yang paling dalam.

Keputusan itu bukan sekadar kata yang terucap, tapi gelombang besar yang mengguncang seluruh hatiku. Saat aku mengucapkan perpisahan, air mataku tak mampu menahan rasa sakit yang mendalam. Tapi aku tahu, cara berdamai dengan kehilangan adalah bagian dari perjalanan menuju kedewasaan.

Kesendirian menyambut aku dengan sunyi yang tajam. Tapi dalam sepi itu, aku mulai belajar merawat luka hatiku sendiri sambil tetap menyimpan doa agar dia menemukan kebahagiaan sejati, meski bukan bersamaku.

Melepaskan Membuka Pintu Kedewasaan

Kesendirian yang kujalani bukan sekadar tentang kehilangan seseorang yang sangat aku sayangi. Lebih dari itu, aku belajar memahami arti cinta yang sesungguhnya cinta yang tak egois, yang rela mengalah demi kebahagiaan orang yang kita cintai, bahkan saat itu berarti harus berjalan sendiri.

Move on dari hubungan lama bukan berarti menghapus semua kenangan, tapi mengubah luka menjadi pelajaran. Aku belajar ikhlas, menerima bahwa cinta tak selalu harus berujung bersama. Justru dari sini aku belajar move on dengan cara yang sehat, tanpa kebencian, hanya doa dan rasa syukur.

Dalam kesunyian, aku mulai berdialog dengan diri sendiri. Aku memberi ruang untuk merasakan semua rasa sedih, marah, rindu—tanpa harus menolaknya. Dari proses itu, aku belajar bahwa mencintai diri sendiri setelah patah hati adalah pondasi agar bisa mencintai orang lain dengan cara yang lebih sehat.

Pada akhirnya, aku menyadari bahwa cara melepaskan orang yang dicintai bukan hanya soal berpisah dengan seseorang yang kita sayangi. Lebih dari itu, ini adalah perjalanan menuju kedewasaan, keberanian untuk ikhlas, dan kesempatan mencintai diri sendiri dengan cara yang lebih sehat.

Mungkin hati pernah retak, tapi jiwa akan belajar menjadi lebih tegar. Karena patah hati bukan akhir dunia, melainkan pintu menuju cinta yang lebih dewasa baik pada orang lain maupun pada diri sendiri.

Vertex.Id

Halo! Selamat datang di Vertex.id, blog berita yang dikelola oleh Shalsabhilla Putri, mahasiswa semester 5 Prodi Jurnalistik di Politeknik Negeri Jakarta. Di sini kamu bisa dapatkan informasi terbaru yang akurat dan terpercaya. Vertex.id hadir untuk berbagi berita seputar News, Feature, Opini, Sport, Finance, Politics, Lifestyle, Vertex Foto, hingga Art&Culture dengan bahasa yang ringan dan mudah dipahami. Stay tuned untuk update seru dari vertex.id!

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama